Miris. Barangkali inilah kata yang tepat
untuk menggambarkan perasaan saya ketika menonton pemberitaan televise
akhir-akhir ini. Tak lain adalah tewasnya seorang pelajar akibat aksi tawuran
antarsekolah. Rasanya saya masih tidak percaya kalau pembunuhan itu dilakukan
oleh PELAJAR SMA.
Lantas, saya membaca salah satu artikel di
Tempo.co berjudul Alumni SMA 6
Usulkan Sanksi bagi Kepala Sekolah. Kalimat yang saya garus bawahi dalam
artikel tersebut adalah Diknas harus memberi sanksi kepada kepala
sekolah dan guru. Rasanya,
guru dilimpahi seluruh kesalahan dan tanggung jawab atas perbuatan siswanya. Saya
tidak habis pikir, ko bisa guru dikenai sanksi? Jujur, saya
sangat tidak sepakat.
Menurut saya, kenakalan remaja bukanlah salah
guru sepenuhnya, tapi banyak sekali faktor penyebab. Oke, guru memang
bertanggung jawab untuk mendidik siswa, menjaga siswa, dan mengajarkan
pendidikan karakter. Tapi, berapa lama sih siswa ada di sekolah? Cuman 7-8 jam.
Selebihnya, mereka ada di rumah, bergaul di lingkungan mereka, menonton tivi,
dan sebagainya. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di luar sekolah?
Ketika guru sudah mengajarkan pentingnya
menghormati orang tua, ternyata orang tua tidak mengajarkan hal yang sama di
rumah. Ketika guru mengajarkan pentingnya bergaul dengan masyarakat, ternyata
tetanggga mereka menyebarkan pengaruh jahat. Ketika guru mengajarkan pentingnya
persahabatan, tayangan sinetron remaja malah isinya cuman menjahati teman. Ketika
anak menjadi nakal, apakah hanya guru yang bertanggung jawab? Tentu saja tidak.
Pola asuh orang tua, perilaku masyarakat, dan tayanga televise (yg tidak mutu
tentunya) turut berkontribusi dalam menciptakan pengaruh buruk pada anak.
Rasanya, jadi guru di Indonesia itu kaya
kambing. Mengapa? Karena mereka
terus-menerus dikambinghitamkan atas kenakalan yang dilakukan siswanya. Padahal,
tanggung jawab guru adalah menanamkan karakter yang baik pada anak asuh. Urusan
itu berhasil atau tidak, itu adalah tanggung jawab bersama. Kalau mau berhasil,
inilah syaratnya.
Pertama,
orang tua harus memiliki pola asuh yang baik. Pola asuh ini sangat penting
dalam membentuk karakter anak. Pola asuh yang jelek menghasilkan anak yang
berperilaku jelek, begitu pula sebaliknya. Orang tua harus mengajari anaknya tentang
sikap-sikap yang baik. Ajari anak untuk hormat, ajari anak untuk berkasih
sayang, ajari anak untuk menghargai orang lain. Buatlah anak terbiasa bersikap
seperti itu di rumah. Saya yakin, kalau anak sudah diberi bibit perilaku yang
baik di rumah, maka tinggal sedikit lagi pembinaan agar bibit itu berkembang
menjadi tunas yang luar biasa. Kesalahan para orang tua jaman sekarang adalah
menjadi TUKANG TITIP ANAK yaitu menyerahkan tanggung jawab mendidik anak
sepenuhnya pada sekolah. Padahal perbuatan seperti ini tidak dapat diterima
apapun alasannya.
Kedua, masyarakat harus menjadi
komunitas pergaulan yang baik. Ini sangat penting mengingat manusia adalah
makluk sosial. Kita membutuhkan ruang pergaulan yang lebih besar dan itu kita
dapatkan dari masyarakat. Ada baiknya kalau kalau anggota masyarakat saling
bekerja sama untuk menjaga anak-anak dan remaja. Paling tidak, ingatkanlah para
generasi muda kita kalau mereka sedang salah. Kalau ada yang bolos sekolah,
ikut mengingatkan. Kalau ada yang menjahati teman, ikut mengingatkan.
Kepedulian kecil macam ini justru bisa menjadi kunci kesuksesan pembentukan
karakter anak. Karena anak merasa bahwa dia selalu berada di bawah pengawasan
sehingga tidak ada ruang untuknnya untuk berperilaku tidak baik.
Ketiga, tayangan televise juga harus
memberi tayangan yang baik. Plis Pak
Produser, Jangan cuman membuat sinetron yang isinya cuman menjahati teman dan
rebutan pacar. Bikin pula tayangan yang mencontohkan perilaku baik. Kaya jaman Lupus itu lho. Lupus
cium tangan ketika berangkat ke sekolah, berbuat baik pada teman, dan hormat
pada guru. Biar anak yang menonton itu ketularan baiknya.
Guru hanyalah sebagian kecil dari
pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengampu tugas mendidik anak bangsa.
Bagian terbesarnya adalah orang tua dan masyarakat itu sendiri. Jadi, jangan
saling menyalahkan namun marilah berjuang bersama untuk mewujudkan pendidikan
yang lebih baik lagi.
0 comments:
Posting Komentar