Sudah bertahun-tahun tahun sejak saya menginjakkan di Malang untuk menuntut ilmu. Bermula ketika saya diterima di sekolah menengah atas yang terkemuka di kota itu. Setelah lulus SMA pun saya diterima di PTN yang dekat dengan sekolah saya dulu. Sekarang, saya menempuh semester 8 perkuliahan yang berarti menggenapkan 6,5 tahun keberadaan saya di Malang.
Mengapa Malang? Berdasarkan banyak
cerita, Malang memiliki banyak kelebihan dibandingkan kota pendidikan yang
lain. Cuaca di sana cenderung sejuk sehingga sangat cocok untuk beraktivitas.
Selain itu, Malang memiliki banyak toko dan mall yang tentu saja sangat menarik
di mata kaum wanita seperti saya. Biaya hidup di sana juga lebih murah bila
dibandingkan Surabaya. Tapi, kelebihan paling utama adalah keamanan hidup yang
jauh lebih baik dibandingkan kota besar yang lain.
Keamanan yang saya maksud adalah
keamanan berkehidupan sosial dengan orang lain. Menurut saya, Malang belum
terkontaminasi wabah free sex, narkoba, dan miras seperti kota besar yang lain.
Hal itu membuat saya merasa nyaman dan tidak terlalu takut akan terperosok ke
jalan itu ketika berteman dengan seseorang. Yaps, saya selalu berpikir positif
tentang hal itu.
Sayang, apa yang selama ini saya
pikirkan ternyata tidak sepenuhnya benar. Malang ternyata menyimpan fakta
mengejutkan. Fakta yang membuat (pendatang seperti) saya terbelalak dan bahkan tidak pernah terlintas di benak saya. Ternyata
Malang sedang terserang wabah HIV/AIDS.
Di sini, saya menggunakan kata wabah
untuk merepresentasikan kondisi penyebaran virus HIV/AIDS yang merajalela.
Wabah identik dengan penularan yang cepat dan singkat. Kondisi ini cocok dengan
penularan virus yang menyebar ke berbagai lapisan usia, golongan, dan kedudukan
secara cepat dan tidak terduga.
Penyebaran wabah HIV/AIDS di Malang
semakin dikuatkan dengan pernyataan dari dr Nusidrati. Berdasarkan keterangan
yang dilansir oleh Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan (P2PL)
Dinas Kesehatan Kota Malang itu, jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 2.021 pada
kurun 2011. Padahal, pada kurun 2010
masih sekitar 1.636 penderita saja. (antaranews.com:
15/2/2012). Malang bahkan menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita
HIV/AIDS terbanyak di Jawa Timur sesudah Surabaya.
Saya kemudian berpikir, apa yang terjadi sebenarnya?
A. FAKTA MENGEJUTKAN TENTANG HIV/AIDS
DI INDONESIA
Usut punya usut, serangan wabah HIV/AIDS telah menyerang berbagai kota di Indonesia.
Di Sulawesi Selatan misalnya. Propinsi ini menduduki peringkat ke-8 sebagai provinsi dengan penderita HIV/AIDS terbanyak di Indonesia. Hingga tahun 2012 saja, jumlahnya mencapai 3,6 juta orang.
Sekarang,
mari bergeser ke Jawa Barat. Berdasarkan data yang dirilis oleh KPA Nasional ,
tercatat 10.358 penderita HIV/AIDS di provinsi tersebut hingga tahun 2012. Dari
angka itu, sekitar 30% ditemukan di wilayah Cirebon, Indramayu, Subang,
Karawang, dan Bekasi. Kelima daerah tersebut juga dikenal sebagai wilayah
Pantura (kompas.com, 8/12/2012)
Jika
berpindah ke Jawa Timur, faktanya akan lebih mengejutkan. Berdasarkan data yang
dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Jawa Timur menempati posisi pertama dari 10
provinsi dengan kumulatif kasus AIDS terbanyak sampai September 2011. Ditemukan
bahwa jumlah penderita AIDS di Jawa Timur lebih banyak dibandingkan Papua dan
DKI Jakarta. 4318 penderita AIDS telah tercatat di Jawa Timur. Disusul dengan
Papua sebanyak 4005 penderita dan DKI Jakarta dengan 3998 penderita
(kompas.com, 26/11/2011)
Fakta-fakta di atas tentu mengejutkan kita semua. Pertanyaannya sekarang, bagaimana penyebaran wabah HIV/AIDS bisa begitu ganas?Penyebaran wabah HIV/AIDS ternyata disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain penggunaan jarum suntik untuk narkotika, penularan dari ibu ke anak, dan seks tidak sehat.
Penularan
lewat jarum suntik menjadi sarana
penularan wabah HIV/AIDS yang sangat efektif. Jarum suntik yang dimaksud
adalah bergantian memakai jarum yang sama oleh pengguna atau orang yang
berbeda. Ketika jarum itu dipakai oleh pengguna X yang sudah terinveksi virus
kemudian dipakai lagi oleh pengguna Y yang masih normal, maka virus itu akan
menular lewat jarum. Nah, kondisi semacam ini biasa ditemui oleh pengguna
narkotika suntik yang misalnya sedang pesta sabu semacamnya. Oleh karena itu,
penularan lewat jarum suntik sering diidentikkan dengan pengguna narkotika.
Faktor
kedua adalah penularan ibu pada anak. Penularan ini terjadi akibat adanya
kontak langsung dengan ibu yang terjangkit wabah HIV/AIDS. Kontak ini terjadi
ketika menyusui dan hamil. Ketika menyusui, anak akan meminum ASI yang ternyata
sudah terkontaminasi virus dari ibunya. Adapun ketika hamil dan melahirkan
tentu saja terjadi kontak fisik yang sangat banyak dengan ketuban, darah, dan
sebagainya.
Saat
ini, penularan wabah HIV/AIDS melalui ibu telah meningkat drastis. Penularan
wabah naik sebanyak 150% dalam 5 tahun terakhir. Jika sebelumnya angka
penularan hanya mencapai 1,2 % dari total pengidap, sekarang menembus 2,7%.
(kompas.com, 4/7/2012). Jika diasumsikan ada 1000 saja ibu hamil yang positif
mengidap HIV/AIDS, cukup dihitung berapa jumlah bayi yang lahir dengan mengidap
penyakit yang sama. Sungguh kasihan karena mereka harus lahir dengan menanggung
beban hidup yang sangat berat. Padahal mereka tidak tahu apa-apa.
Faktor ketiga adalah penularan wabah HIV/AIDS melalui hubungan seks. Saat ini, hubungan seks telah menggeser kedudukan penggunaan jarum suntik sebagai sarana terbesar penularan wabah HIV/AIDS. Penjelasan lebih lanjut akan saya kupas di bawah ini.B. SEKS TIDAK SEHAT: MENGUKUHKAN POSISI SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB TERBESAR PENULARAN WABAH HIV/AIDS DI INDONESIA
Seperti yang saya kemukakan di atas, hubungan seks telah menjadi penyebab penularan wabah HIV/AIDS terbanyak di Indonesia. Dari estimasi pengidap HIV/AIDS di Indonesia yang mencapai 180.000 orang, sekitar 30% tertular melalui hubungan seks (kompas.com, 2/7/2012)Saat ini, hubungan seks menjadi momok yang menakutkan. Namun, tidak semua hubungan seks rawan dengan penyebaran wabah HIV/AIDS. Hubungan seks yang rawan adalah perilaku seks yang tidak sehat. Seks tidak sehat adalah perilaku seks yang melanggar norma dan kodrat manusia serta tidak mempedulikan keamanan dan kesehatan.
- Pertama, perilaku seks yang melanggar norma.
Akibat pergeseran budaya
itu, free seks semakin merambah ke berbagai kalangan. Mulai dari orang dewasa
bahkan remaja. Akibatnya penularan wabah HIV/AIDS pun semakin meluas. Berdasarkan
keterangan dari Wakil Kota Surabaya, Bambang Dwi Hartono, pada forum
penanggulangan HIV/AIDS di Surabaya, perilaku seks bebas menjadi penyebab
kenaikan presentase penularan HIV/AIDS. Saat ini, presentasenya mencapai 89%.
(republika.co.id, 19/7/2012).
Perilaku free seks
semakin berbahaya tatkala pelakunya menjadi pelanggan seks komersial. Di sana,
siapapun bisa keluar masuk dengan bebas sehingga potensi penularan sangat
besar. Berdasarkan keterangan dari Slamet Riyadi, Program Manager Perkumpulan
Keluarga berencana Indonesia, terdapat 6,7 juta pria pembeli seks pada tahun
2012 (kompas.com, 1/12/2012). Jika seluruh pria pembeli seks itu terjangkit
virus HIV/AIDS usai pulang dari lokalisasi dan berhubungan seks dengan istrinya
di rumah, maka bisa dihitung berapa orang yang akan tertular virus tersebut.
- Kedua, perilaku seksual yang melanggar kodrat manusia.
- Ketiga, perilaku seksual yang mengabaikan keamanan dan kesehatan.
Kelompok kunci adalah
kelompok yang rawan menularkan wabah HIV/AIDS pada orang lain. Terdiri atas
pria pembeli seks, pengguna jarum suntik, pekerja seks, gay, dan waria.
Berdasarkan survey terpadu dan biologis
perilaku 2011, kelompok kunci yang
menggunakan kondom hanya 30-40% saja. Bahkan presentase pada pria beresiko
hanya mencapai 3% (kompas.com, 1/12/2012).
Sungguh disayangkan ketika penggunaan kondom masih sangat minim di kalangan masyarakat, khususnya kelompok kunci. Sebagai kelompok paling rawan menularkan HIV/AIDS, sudah sepatutnya mereka menggunakan kondom sebagai upaya untuk mencegah penularan pada orang lain.C. PENGGUNAAN KONDOM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN WABAH HIV/AIDS
Kenyataan
bahwa penggunaan kondom di kalangan kelompok kunci masih rendah telah
menimbulkan kekhawatiran. Mereka memiliki potensi yang sangat besar untuk
menularkan wabah HIV/AIDS pada orang lain. Kemungkinan paling besar adalah
mereka akan menularkan virus pada istrinya di rumah yang barangkali tergolong
istri setia. Tingginya potensi penularan pada kelompok kunci sangat penting
untuk diantisipasi. Salah satunya adalah dengan penggunaan kondom.
Kondom
adalah sebuah alat kontrasepsi yang cara kerjanya adalah mencegah sperma
memasuki rahim wanita. Dulu, kondom terbuat dari usus binatang, selaput ikan atau bahan linen
yang licin. Seiring perkembangan jaman, kondom dibuat dari bahan lateks atau
karet alami.
Proses
pembuatan kondom ternyata menggunakan tegnologi canggih. Berdasarkan hasil
reportase kompas.com saat mengunjungi pabrik kondom di Thailand, kondom harus
melewati tahap pengujian elektronik. Tujuannya adalah untuk mengetahui adakah
kerusakan atau lubang pada kondom. Setiap kondom harus melewati tahap ujian menggunakan
lampu ultraviolet. Kondom yang tidak lolos uji akan langsung dibuang oleh mesin
(kompas.com, 27/4/2011). Jadi, kualitas kondom benar0benar terjamin sebelum
dipasarkan.
Kondom
yang terbuat dari lateks dinilai cukup efektif mencegah penularan wabah HIV/AIDS
karena pori-porinya terlalu kecil untuk dilewati virus tersebut. Kondom lateks
memiliki pori-pori sebesar 5 mikron (0,00002 inci) yang ukurannya 10 kali lebih
kecil dibandingkan sperma. Selain itu, studi laboratorium membuktikan bahwa
kondom lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya virus. (kompas.com, 2/11/2011)
Meskipun kualitas fisik kondom sudah
bagus dan terbukti mampu mencegah penularan wabah HIV/AIDS, seringkali
masyarakat melakukan kesalahan sehingga efektifitasnya menjadi berkurang.
Pertama, kesalahan
prosedur pemakaian sehingga pengamanan
kurang optimal. Kesalahan ini mungkin paling banyak dilakukan oleh masyarakat
karena minimnya pengetahuan. Hal ini biasa terjadi pada orang-orang yang kurang
berpendidikan, minim akses internet, atau barangkali pada orang pendiam karena
malu bertanya. Apalagi sosialisasi tentang cara memakai kondom yang benar juga
belum serentak dilakukan di berbagai kalangan. Padahal, mentaati prosedur pemakaian
sangat penting untuk mengoptimalkan pengamanan.
Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan terkait penggunaan kondom yang benar. Berikut prosedur pemakaian yang saya kutip dari situs resmi Komisi Penanggulangan AIDS
- Kondom berpelumas lebih sedikit kemungkinan untuk robek
saat dikenakan atau digunakan. Pelumas berbasis minyak, seperti vaselin,
hendaknya tidak digunakan karena dapat merusak kondom.
- Hanya buka bungkusan berisi kondom saat akan digunakan,
kalau tidak kondom akan mengering. Berhati-hatilah agar kondom tidak rusak
atau sobek ketika anda membuka bungkusnya. Bila kondom ternyata sobek,
buang kondom tersebut dan buka bungkusan yang baru.
- Kondom dikemas tergulung dalam bentuk lingkaran gepeng.
Pasanglah kondom yang tergulung itu di ujung penis. Peganglah ujung kondom
di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan udara supaya keluar
dari ujung kondom. Tindakan ini akan menyisakan ruang untuk tempat cairan
semen setelah terjadinya ejakulasi. Tetap pegang ujung kondom dengan satu
tangan. Dengan tangan yang satunya, gulunglah sepanjang penis yang
berereksi ke arah rambut kemaluan. Jika pria pemakai tidak disunat, ia
harus menarik kulup ke arah pangkal penis sebelum menggulung kondom.
- Bila kondom tidak cukup berpelumas, pelumas berbasis
air (seperti silikon, gliserin, atau K-Y jelly) dapat ditambahkan. Bahkan
air ludah dapat berfungsi dengan baik sebagai pelumas. Pelumas yang
terbuat dari minyak-minyak goreng atau lemak, minyak bayi atau minyak
mineral, jeli berbasis bahan turunan minyak bumi seperti vaselin dan
olesan lainnya – hendaknya jangan digunakan karena dapat merusak kondom.
- Setelah berhubungan seks, kondom perlu segera
dilepaskan secara benar.
- Segera setelah si pria pemakai mengalami ejakulasi, ia
harus menahan pada ujung dekat pangkal penis untuk memastikan agar kondom
tidak terlepas.
- Kemudian, si pria harus menarik keluar penisnya selagi
masih dalam keadaan ereksi.
- Ketika penis mengecil kembali, lepaskan kondom dan
buanglah kondom pada tempat yang tepat. Jangan membuang kondom ke dalam
toilet dan menyentornya dengan air.
- Bila anda akan melakukan hubungan seks lagi, gunakan kondom baru, dan ulangi proses di atas dari awal.
Kedua,
kesalahan perilaku yang menyebabkan kerusakan fisik pada kondom. Kesalahan perilaku
ini sering terjadi ketika menyimpan dan menggunakan kondom. Menyimpan kondom di
dompet, gesekan dengan benda lain, dan terpapar sinar matahari dapat
menyebabkan kerusakan pada kondom. Kerusakan juga terjadi ketika kasar membuka
kemasan kondom sehingga menyebabkan kerusakan. Selain itu, kerusakan bisa terjadi ketika ada
kontak dengan kuku ketika pemakaian yang menyebabkan lubang atau kikisan pada
kondom.
Ketiga,
penggunaan kondom yang sudah cacat fisik. Perlu diketahui bahwa kondom memiliki
masa kadaluarsa atau aus. Waktunya kira-kira 5 tahun. Jadi, pengguna perlu
memperhatikan tanggal kadaluarsa atau tanggal produksi dengan seksama agar
tidak menggunakan kondom kadaluarsa. Selain itu, pengguna kurang memperhatikan
kemasan kondom. Padahal kemasan itu menandakan kualitas kondom. Jika kemasannya
sudah sobek, jangan digunakan karena kualitasnya sudah tidak baik lagi.
Dengan kualitas kondom yang baik serta perhatian pengguna terhadap prosedur penggunaan, perilaku, dan pemilihan kondom maka efektifitasnya untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS bisa optimal.
D. PENCEGAHAN PENULARAN WABAH
HIV/AIDS: KENAPA HARUS DENGAN KONDOM?
Keputusan
Menteri Pendidikan, dr Nafsiah, untuk mensosialisasikan dan memprogramkan
pemakaian kondom untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS telah memicu banyak
reaksi. Banyak orang yang mempertanyakan mengapa harus dengan kondom?
Bila saya boleh berargumentasi, jawabannya adalah pemakaian kondom adalah solusi jangka pendek yang saat ini paling mudah dan paling mungkin dilakukan untuk menanggulangi penyebaran wabah HIV/AIDS.Saya mengatakan demikian bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Wabah HIVAIDS berkembang sangat cepat dan nyaris tidak terbedung. Untuk mengatasinya diperlukan solusi jangka pendek dan jangka panjang.
Menurut saya, sosialisasi penggunaan kondom adalah upaya jangka pendek yang paling efektif dibandingkan upaya yang lain. Keefektivan ini dilihat dari kemudahan pemakaian (kondom) oleh masyarakat, harga yang terjangkau, dan tidak mengurangi kenikmatan berhubungan seksual. Dengan kelebihan seperti itu, masyarakat tidak akan enggan lagi menggunakannya. Penggunaan kondom ini bertujuan untuk mencegah timbulnya pengidap baru akibat hubungan seksual yang terjadi antara pengidap dengan orang lain. Dengan demikian, jumlah pengidap baru bisa ditekan.
Di sisi lain, pemerintah pun harus menemukan solusi jangka panjang untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS. Misalnya sosialisasi bahaya HIV/AIDS, pendidikan seks di sekolah, penanaman moral, dan peningkatan religiusitas masyarakat. Diharapkan upaya-upaya tersebut mampu menumbuhkan pemahaman tentang HIV/AIDS dan mencegah seseorang untuk melakukan hal-hal lain yang rawan dengan virus tersebut.
Selanjutnya, pemerintah juga harus ikut andil dalam memberikan pembinaan dan pengobatan pada penderita HIV/AIDS. Pembinaan ini dimaksudkan agar pengidap tidak sembarangan berhubungan seksual dengan orang lain karena berpotensi untuk menularkan virus. Jika ingin berhubungan, disarankan menggunakan kondom. Selain itu, pemerintah juga bisa membantu pengobatan dengan cara memberikan ARV gratis atau murah.
Wabah HIV/AIDS ibarat lingkaran setan. Cara menyelesaikannya tidak bisa hanya dengan upaya jangka panjang, melainkan menjalankan upaya jangka pendek dan jangka panjang bersamaan. Dengan upaya-upaya di atas diharapkan mampu mencegah penularan wabah HIV/AIDS.
E. PEKAN KONDOM NASIONAL: SEBUAH
KERJA KERAS
Di tengah pro dan kontra masyarakat tentang penggunaan kondom, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan DKT Indonesia bekerja sama untuk menyelenggarakan Pekan Kondom Nasional 2012 sebagai realisasi nyata dari upaya mencegah penularan wabah HIV/AIDS.
Pekan Kondom Nasional 2012 adalah
sebuah acara yang diselenggarakan untuk memperingati hari AIDS Sedunia yang
jatuh pada 1 Desember 2012. Acara ini diselenggarakan kali keenam dan berlangsung
sepekan sejak 1 Desember.
Meski
banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap penyelenggaraan PKN 2012,
tapi saya pikir pihak-pihak yang menyelenggarakan Pekan Kondom Nasional 2012
patut diapresiasi. Di tengah hujan kritikan di masyarakat, mereka berani
membuat sebuah acara besar dengan menanggung berbagai konsekuensinya. Mereka bekerja
keras untuk mengupayakan sebuah solusi yang mampu mencegah penularan virus
HIV/AIDS.
Apalagi
tujuan dari diselenggarakannya PKN 2012 bukanlah untuk mempermudah freesex
dengan kondom melainkan meningkatkan kepedulian terhadap HIV/AIDS dan
memberikan pendidikan tentang pencegahan dan berhubungan seks yang aman.
Tujuan
baik tersebut direalisasikan dalam berbagai kegiatan. Masyarakat bisa menikmati
hiburan bertajuk Konser Goyang Sutra di Langan Kopasus, Cijantung. Ada pula
pemberian Edukasi tentang HIV/AIDS yang diselenggarakan di 12 kota seluruh
Indonesia. Ada pula aksi penyediaan kondom dan lubrikan di Klinik Bali yang
melayani kaum gay dan waria sebagai bentuk antisipasi penularan virus di
kelompok kunci. Yang tak kalah menarik adalah kompetisi penulisan
dan foto bagi jurnalistik dan blogger yang diharapkan bisa merengkuh banyak
partisipan yang nantinya ikut mensosialisasikan perihak HIV/AIDS.
Saya pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan Pekan Kondom Nasional 2012 yaitu kompetisi penulisan untuk blogger. Meski dengan sebuah upaya yang tidak begitu besar, saya berharap bisa menyebarkan inormasi tentang HIV/AIDS pada masyarakat di dunia maya.
Keberhasilan DKT (chicmagz.com) |
Dalam
kesempatan yang luar biasa ini DKT Indonesia merayakan keberhasilan dalam
rangka pemasaran sosial sebanyak 1 milyar kondom
di Indonesia sejak tahun 1996. DKT adalah sebuah lembaga swasta Internasional
yang berdiri sejak 1989. Lembaga ini terjun di bidang sosial yang bertujuan
untuk mempromosikan program Keluarga Berencana serta penanggulangan
penyakit HIV/AIDS. Lembaga yang didirikan oleh Phil Harvey ini berdomisili di
Washington, AMerika Serikat.
Saya berharap, Pekan Kondom Nasional 2012 bisa membuka jalan baru untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS di Indonesia. Bagi masyarakat yang kurang setuju dengan cara ini, alangkah baiknya kalau tidak sekedar berkomentar atau mengkritik. Tapi, tunjukkan aksi nyata untuk mencegah penularan. Apapun caranya yang terpenting adalah usaha dan kerja keras mewujudkannya. Dan Pekan Kondom Nasional adalah bukti dari usaha dan kerja keras tersebut.
Daftar
rujukan tulisan biar ga plagiasi ^_^
- Data HIV/AIDS di kota Malang diambil dari http://www.antaranews.com/berita/297396/penderita-hivaids-di-malang-meningkat-drastis
- Data HIV/AIDS di Sulawesi Selatan diambil dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/07/21294048/Tahun.Ini.Penderita.HIVAIDS.di.Sulsel.3.6.Juta.Orang
- Data HIV/AIDS di Jawa Barat diambil dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/08/09374383/Kasus.HIV/AIDS.di.Pantura.Tertinggi.di.Jawa.Barat
- Data HIV/AIDS di Jawa Timur diambil dari http://health.kompas.com/read/2011/11/26/07522958/Kasus.AIDS.Tertinggi.di.Jawa.Timur
- Data penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/07/04/04365357/Penularan.Ibu.Hamil.ke.Bayi.Naik.150.Persen
- Data penularan HIV/AIDS dari lewat hubungan seks diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/07/20/13494916/Penularan.HIV.Lewat.Hubungan.Seks.Meningkat
- Data pembeli seks, penggunaan kondom oleh kelompok kunci, diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/12/01/08090382/Tingkatkan.Perilaku.Seks.Aman
- Kondom lateks diambil dari http://health.kompas.com/read/2011/11/02/1406430/HIV.Tak.Tembus.Pori-pori.Kondom.
- Prosedur pemakaian kondom diambil dari http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/pencegahan
- Informasi tentang Pekan kondom nasional diambil dari icmagz.com/read/1742/pekan-kondom-nasional-2012
0 comments:
Posting Komentar