"Lewat tulisan, kita bisa mengubah kehidupan"

PEKAN KONDOM NASIONAL: SEBUAH KERJA KERAS UNTUK MENCEGAH PENULARAN HIV AIDS DI INDONESIA

Sudah bertahun-tahun tahun sejak saya menginjakkan di Malang untuk menuntut ilmu. Bermula ketika saya diterima di sekolah menengah atas yang terkemuka di kota itu. Setelah lulus SMA pun saya diterima di PTN yang dekat dengan sekolah saya dulu. Sekarang, saya menempuh semester 8 perkuliahan yang berarti menggenapkan 6,5 tahun keberadaan saya di Malang.
Mengapa Malang? Berdasarkan banyak cerita, Malang memiliki banyak kelebihan dibandingkan kota pendidikan yang lain. Cuaca di sana cenderung sejuk sehingga sangat cocok untuk beraktivitas. Selain itu, Malang memiliki banyak toko dan mall yang tentu saja sangat menarik di mata kaum wanita seperti saya. Biaya hidup di sana juga lebih murah bila dibandingkan Surabaya. Tapi, kelebihan paling utama adalah keamanan hidup yang jauh lebih baik dibandingkan kota besar yang lain.

Keamanan yang saya maksud adalah keamanan berkehidupan sosial dengan orang lain. Menurut saya, Malang belum terkontaminasi wabah free sex, narkoba, dan miras seperti kota besar yang lain. Hal itu membuat saya merasa nyaman dan tidak terlalu takut akan terperosok ke jalan itu ketika berteman dengan seseorang. Yaps, saya selalu berpikir positif tentang hal itu.

Sayang, apa yang selama ini saya pikirkan ternyata tidak sepenuhnya benar. Malang ternyata menyimpan fakta mengejutkan. Fakta yang membuat (pendatang seperti) saya terbelalak dan  bahkan tidak pernah terlintas di benak saya. Ternyata Malang sedang terserang wabah HIV/AIDS.

Di sini, saya menggunakan kata wabah untuk merepresentasikan kondisi penyebaran virus HIV/AIDS yang merajalela. Wabah identik dengan penularan yang cepat dan singkat. Kondisi ini cocok dengan penularan virus yang menyebar ke berbagai lapisan usia, golongan, dan kedudukan secara cepat dan tidak terduga.

Penyebaran wabah HIV/AIDS di Malang semakin dikuatkan dengan pernyataan dari dr Nusidrati. Berdasarkan keterangan yang dilansir oleh Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Malang itu, jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 2.021 pada kurun 2011. Padahal, pada  kurun 2010 masih sekitar 1.636 penderita saja.  (antaranews.com: 15/2/2012). Malang bahkan menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak di Jawa Timur sesudah Surabaya.
Saya kemudian berpikir, apa yang terjadi sebenarnya? 
A. FAKTA MENGEJUTKAN TENTANG HIV/AIDS DI INDONESIA
Usut punya usut, serangan wabah HIV/AIDS telah menyerang berbagai kota di Indonesia.
Di Sulawesi Selatan misalnya. Propinsi ini menduduki peringkat ke-8 sebagai provinsi dengan penderita HIV/AIDS terbanyak di Indonesia.  Hingga tahun 2012 saja, jumlahnya mencapai 3,6 juta orang.

Sekarang, mari bergeser ke Jawa Barat. Berdasarkan data yang dirilis oleh KPA Nasional , tercatat 10.358 penderita HIV/AIDS di provinsi tersebut hingga tahun 2012. Dari angka itu, sekitar 30% ditemukan di wilayah Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, dan Bekasi. Kelima daerah tersebut juga dikenal sebagai wilayah Pantura (kompas.com, 8/12/2012)

Jika berpindah ke Jawa Timur, faktanya akan lebih mengejutkan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Jawa Timur menempati posisi pertama dari 10 provinsi dengan kumulatif kasus AIDS terbanyak sampai September 2011. Ditemukan bahwa jumlah penderita AIDS di Jawa Timur lebih banyak dibandingkan Papua dan DKI Jakarta. 4318 penderita AIDS telah tercatat di Jawa Timur. Disusul dengan Papua sebanyak 4005 penderita dan DKI Jakarta dengan 3998 penderita (kompas.com, 26/11/2011)
Fakta-fakta di atas tentu mengejutkan kita semua. Pertanyaannya sekarang, bagaimana penyebaran wabah HIV/AIDS bisa begitu ganas?
Penyebaran wabah HIV/AIDS ternyata disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain penggunaan jarum suntik untuk narkotika, penularan dari ibu ke anak, dan seks tidak sehat.
Penularan lewat jarum suntik menjadi sarana  penularan wabah HIV/AIDS yang sangat efektif. Jarum suntik yang dimaksud adalah bergantian memakai jarum yang sama oleh pengguna atau orang yang berbeda. Ketika jarum itu dipakai oleh pengguna X yang sudah terinveksi virus kemudian dipakai lagi oleh pengguna Y yang masih normal, maka virus itu akan menular lewat jarum. Nah, kondisi semacam ini biasa ditemui oleh pengguna narkotika suntik yang misalnya sedang pesta sabu semacamnya. Oleh karena itu, penularan lewat jarum suntik sering diidentikkan dengan pengguna narkotika.

Faktor kedua adalah penularan ibu pada anak. Penularan ini terjadi akibat adanya kontak langsung dengan ibu yang terjangkit wabah HIV/AIDS. Kontak ini terjadi ketika menyusui dan hamil. Ketika menyusui, anak akan meminum ASI yang ternyata sudah terkontaminasi virus dari ibunya. Adapun ketika hamil dan melahirkan tentu saja terjadi kontak fisik yang sangat banyak dengan ketuban, darah, dan sebagainya.

Saat ini, penularan wabah HIV/AIDS melalui ibu telah meningkat drastis. Penularan wabah naik sebanyak 150% dalam 5 tahun terakhir. Jika sebelumnya angka penularan hanya mencapai 1,2 % dari total pengidap, sekarang menembus 2,7%. (kompas.com, 4/7/2012). Jika diasumsikan ada 1000 saja ibu hamil yang positif mengidap HIV/AIDS, cukup dihitung berapa jumlah bayi yang lahir dengan mengidap penyakit yang sama. Sungguh kasihan karena mereka harus lahir dengan menanggung beban hidup yang sangat berat. Padahal mereka tidak tahu apa-apa.
Faktor ketiga adalah penularan wabah HIV/AIDS melalui hubungan seks. Saat ini, hubungan seks telah menggeser kedudukan penggunaan jarum suntik sebagai sarana terbesar penularan wabah HIV/AIDS. Penjelasan lebih lanjut akan saya kupas di bawah ini.
B. SEKS TIDAK SEHAT: MENGUKUHKAN POSISI SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB TERBESAR PENULARAN WABAH HIV/AIDS DI INDONESIA
Seperti yang saya kemukakan di atas, hubungan seks telah menjadi penyebab penularan wabah HIV/AIDS terbanyak di Indonesia. Dari estimasi pengidap HIV/AIDS di Indonesia yang mencapai 180.000 orang, sekitar 30% tertular melalui hubungan seks (kompas.com, 2/7/2012)
Saat ini, hubungan seks menjadi momok yang menakutkan. Namun, tidak semua hubungan seks rawan dengan penyebaran wabah HIV/AIDS. Hubungan seks yang rawan adalah perilaku seks yang tidak sehat. Seks tidak sehat adalah perilaku seks yang melanggar norma dan kodrat manusia serta tidak mempedulikan keamanan dan kesehatan. 
  • Pertama, perilaku seks yang melanggar norma. 
Perilaku itu  mengarah pada pelanggaran norma sosial dan agama. Kedua norma tersebut mengajarkan untuk setia terhadap pasangan dengan tidak “jajan” sembarangan. Sayang, kedua norma tersebut mulai tergeser oleh pengaruh barat yaitu free sex yang tidak sanggup dibendung oleh (mental) masyarakat. Norma ketimuran yang sopan santun berangsur ditinggalkan karena dianggap kolot dan ketinggalan jaman.

Akibat pergeseran budaya itu, free seks semakin merambah ke berbagai kalangan. Mulai dari orang dewasa bahkan remaja. Akibatnya penularan wabah HIV/AIDS pun semakin meluas. Berdasarkan keterangan dari Wakil Kota Surabaya, Bambang Dwi Hartono, pada forum penanggulangan HIV/AIDS di Surabaya, perilaku seks bebas menjadi penyebab kenaikan presentase penularan HIV/AIDS. Saat ini, presentasenya mencapai 89%. (republika.co.id, 19/7/2012).

Perilaku free seks semakin berbahaya tatkala pelakunya menjadi pelanggan seks komersial. Di sana, siapapun bisa keluar masuk dengan bebas sehingga potensi penularan sangat besar. Berdasarkan keterangan dari Slamet Riyadi, Program Manager Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia, terdapat 6,7 juta pria pembeli seks pada tahun 2012 (kompas.com, 1/12/2012). Jika seluruh pria pembeli seks itu terjangkit virus HIV/AIDS usai pulang dari lokalisasi dan berhubungan seks dengan istrinya di rumah, maka bisa dihitung berapa orang yang akan tertular virus tersebut.
  • Kedua, perilaku seksual yang melanggar kodrat manusia. 
Berarti perilaku seks yang melanggar takdir dan ketentuan dari Tuhan bahwa manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Yaitu homoseksual, lesbian, dan heteroseksual.
  • Ketiga,  perilaku seksual yang mengabaikan keamanan dan kesehatan. 
Pengabaian ini  mengarah pada minimnya kepedulian untuk menjaga diri dari penularan penyakit yang kemungkinan bisa muncul akibat berhubungan seksual secara tidak wajar. Ketidakpedulian ini terlihat dari minimnya penggunaan kondom pada kelompok kunci.

Kelompok kunci adalah kelompok yang rawan menularkan wabah HIV/AIDS pada orang lain. Terdiri atas pria pembeli seks, pengguna jarum suntik, pekerja seks, gay, dan waria. Berdasarkan survey terpadu  dan biologis perilaku 2011,  kelompok kunci yang menggunakan kondom hanya 30-40% saja. Bahkan presentase pada pria beresiko hanya mencapai 3% (kompas.com, 1/12/2012).
Sungguh disayangkan ketika penggunaan kondom masih sangat minim di kalangan masyarakat, khususnya kelompok kunci. Sebagai kelompok paling rawan menularkan HIV/AIDS, sudah sepatutnya mereka menggunakan kondom sebagai upaya untuk mencegah penularan pada orang lain. 
C. PENGGUNAAN KONDOM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN WABAH HIV/AIDS
Kenyataan bahwa penggunaan kondom di kalangan kelompok kunci masih rendah telah menimbulkan kekhawatiran. Mereka memiliki potensi yang sangat besar untuk menularkan wabah HIV/AIDS pada orang lain. Kemungkinan paling besar adalah mereka akan menularkan virus pada istrinya di rumah yang barangkali tergolong istri setia. Tingginya potensi penularan pada kelompok kunci sangat penting untuk diantisipasi. Salah satunya adalah dengan penggunaan kondom.

Kondom adalah sebuah alat kontrasepsi yang cara kerjanya adalah mencegah sperma memasuki rahim wanita. Dulu, kondom terbuat dari  usus binatang, selaput ikan atau bahan linen yang licin. Seiring perkembangan jaman, kondom dibuat dari bahan lateks atau karet alami.

Proses pembuatan kondom ternyata menggunakan tegnologi canggih. Berdasarkan hasil reportase kompas.com saat mengunjungi pabrik kondom di Thailand, kondom harus melewati tahap pengujian elektronik. Tujuannya adalah untuk mengetahui adakah kerusakan atau lubang pada kondom. Setiap kondom harus melewati tahap ujian menggunakan lampu ultraviolet. Kondom yang tidak lolos uji akan langsung dibuang oleh mesin (kompas.com, 27/4/2011). Jadi, kualitas kondom benar0benar terjamin sebelum dipasarkan.

Kondom yang terbuat dari lateks dinilai cukup efektif mencegah penularan wabah HIV/AIDS karena pori-porinya terlalu kecil untuk dilewati virus tersebut. Kondom lateks memiliki pori-pori sebesar 5 mikron (0,00002 inci) yang ukurannya 10 kali lebih kecil dibandingkan sperma. Selain itu, studi laboratorium membuktikan bahwa kondom lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya virus. (kompas.com, 2/11/2011)

Meskipun kualitas fisik kondom sudah bagus dan terbukti mampu mencegah penularan wabah HIV/AIDS, seringkali masyarakat melakukan kesalahan sehingga efektifitasnya menjadi berkurang.   
Pertama, kesalahan prosedur pemakaian  sehingga pengamanan kurang optimal. Kesalahan ini mungkin paling banyak dilakukan oleh masyarakat karena minimnya pengetahuan. Hal ini biasa terjadi pada orang-orang yang kurang berpendidikan, minim akses internet, atau barangkali pada orang pendiam karena malu bertanya. Apalagi sosialisasi tentang cara memakai kondom yang benar juga belum serentak dilakukan di berbagai kalangan. Padahal, mentaati prosedur pemakaian sangat penting untuk mengoptimalkan pengamanan. 

Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan terkait penggunaan kondom yang benar. Berikut prosedur pemakaian yang saya kutip dari situs resmi Komisi Penanggulangan AIDS
  • Kondom berpelumas lebih sedikit kemungkinan untuk robek saat dikenakan atau digunakan. Pelumas berbasis minyak, seperti vaselin, hendaknya tidak digunakan karena dapat merusak kondom.
  • Hanya buka bungkusan berisi kondom saat akan digunakan, kalau tidak kondom akan mengering. Berhati-hatilah agar kondom tidak rusak atau sobek ketika anda membuka bungkusnya. Bila kondom ternyata sobek, buang kondom tersebut dan buka bungkusan yang baru.
  • Kondom dikemas tergulung dalam bentuk lingkaran gepeng. Pasanglah kondom yang tergulung itu di ujung penis. Peganglah ujung kondom di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan udara supaya keluar dari ujung kondom. Tindakan ini akan menyisakan ruang untuk tempat cairan semen setelah terjadinya ejakulasi. Tetap pegang ujung kondom dengan satu tangan. Dengan tangan yang satunya, gulunglah sepanjang penis yang berereksi ke arah rambut kemaluan. Jika pria pemakai tidak disunat, ia harus menarik kulup ke arah pangkal penis sebelum menggulung kondom.
  • Bila kondom tidak cukup berpelumas, pelumas berbasis air (seperti silikon, gliserin, atau K-Y jelly) dapat ditambahkan. Bahkan air ludah dapat berfungsi dengan baik sebagai pelumas. Pelumas yang terbuat dari minyak-minyak goreng atau lemak, minyak bayi atau minyak mineral, jeli berbasis bahan turunan minyak bumi seperti vaselin dan olesan lainnya – hendaknya jangan digunakan karena dapat merusak kondom.
  • Setelah berhubungan seks, kondom perlu segera dilepaskan secara benar.
  • Segera setelah si pria pemakai mengalami ejakulasi, ia harus menahan pada ujung dekat pangkal penis untuk memastikan agar kondom tidak terlepas.
  • Kemudian, si pria harus menarik keluar penisnya selagi masih dalam keadaan ereksi.
  • Ketika penis mengecil kembali, lepaskan kondom dan buanglah kondom pada tempat yang tepat. Jangan membuang kondom ke dalam toilet dan menyentornya dengan air.
  • Bila anda akan melakukan hubungan seks lagi, gunakan kondom baru, dan ulangi proses di atas dari awal.
Kedua, kesalahan perilaku yang menyebabkan kerusakan fisik pada kondom. Kesalahan perilaku ini sering terjadi ketika menyimpan dan menggunakan kondom. Menyimpan kondom di dompet, gesekan dengan benda lain, dan terpapar sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan pada kondom. Kerusakan juga terjadi ketika kasar membuka kemasan kondom sehingga menyebabkan kerusakan.  Selain itu, kerusakan bisa terjadi ketika ada kontak dengan kuku ketika pemakaian yang menyebabkan lubang atau kikisan pada kondom.

Ketiga, penggunaan kondom yang sudah cacat fisik. Perlu diketahui bahwa kondom memiliki masa kadaluarsa atau aus. Waktunya kira-kira 5 tahun. Jadi, pengguna perlu memperhatikan tanggal kadaluarsa atau tanggal produksi dengan seksama agar tidak menggunakan kondom kadaluarsa. Selain itu, pengguna kurang memperhatikan kemasan kondom. Padahal kemasan itu menandakan kualitas kondom. Jika kemasannya sudah sobek, jangan digunakan karena kualitasnya sudah tidak baik lagi. 
Dengan kualitas kondom yang baik serta perhatian pengguna terhadap prosedur penggunaan, perilaku, dan pemilihan kondom maka  efektifitasnya untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS bisa optimal. 
D. PENCEGAHAN PENULARAN WABAH HIV/AIDS: KENAPA HARUS DENGAN KONDOM?
Keputusan Menteri Pendidikan, dr Nafsiah, untuk mensosialisasikan dan memprogramkan pemakaian kondom untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS telah memicu banyak reaksi. Banyak orang yang mempertanyakan mengapa harus dengan kondom?
Bila saya boleh berargumentasi, jawabannya adalah pemakaian kondom adalah solusi  jangka pendek yang saat ini paling mudah dan paling mungkin dilakukan untuk menanggulangi penyebaran wabah HIV/AIDS.
Saya mengatakan demikian bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Wabah HIVAIDS berkembang sangat cepat dan nyaris tidak terbedung. Untuk mengatasinya diperlukan solusi jangka pendek dan jangka panjang.

Menurut saya, sosialisasi penggunaan kondom adalah upaya jangka pendek yang paling efektif dibandingkan upaya yang lain. Keefektivan ini dilihat dari kemudahan pemakaian (kondom) oleh masyarakat, harga yang terjangkau, dan tidak mengurangi kenikmatan berhubungan seksual. Dengan kelebihan seperti itu, masyarakat tidak akan enggan lagi menggunakannya. Penggunaan kondom ini bertujuan untuk mencegah timbulnya pengidap baru akibat hubungan seksual yang terjadi antara pengidap dengan orang lain. Dengan demikian, jumlah pengidap baru bisa ditekan.

Di sisi lain, pemerintah pun harus menemukan solusi jangka panjang untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS. Misalnya sosialisasi bahaya HIV/AIDS, pendidikan seks di sekolah, penanaman moral, dan peningkatan religiusitas masyarakat. Diharapkan upaya-upaya tersebut mampu menumbuhkan pemahaman  tentang HIV/AIDS dan mencegah seseorang untuk melakukan hal-hal lain yang rawan dengan virus tersebut.

Selanjutnya, pemerintah juga harus ikut andil dalam memberikan pembinaan dan pengobatan pada penderita HIV/AIDS. Pembinaan ini dimaksudkan agar pengidap tidak sembarangan berhubungan seksual dengan orang lain karena berpotensi untuk menularkan virus. Jika ingin berhubungan, disarankan menggunakan kondom. Selain itu, pemerintah juga bisa membantu pengobatan dengan cara memberikan ARV gratis atau murah.
Wabah HIV/AIDS ibarat lingkaran setan. Cara menyelesaikannya tidak bisa hanya dengan upaya jangka panjang, melainkan menjalankan  upaya jangka pendek dan jangka panjang bersamaan. Dengan upaya-upaya di atas diharapkan mampu mencegah penularan wabah HIV/AIDS.
E. PEKAN KONDOM NASIONAL: SEBUAH KERJA KERAS
Di tengah pro dan kontra masyarakat tentang penggunaan kondom, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan DKT Indonesia bekerja sama untuk menyelenggarakan Pekan Kondom Nasional 2012 sebagai realisasi nyata dari  upaya mencegah penularan wabah HIV/AIDS.
Pekan Kondom Nasional 2012 adalah sebuah acara yang diselenggarakan untuk memperingati hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember 2012. Acara ini  diselenggarakan kali keenam dan berlangsung sepekan sejak 1 Desember.

Meski banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap penyelenggaraan PKN 2012, tapi saya pikir pihak-pihak yang menyelenggarakan Pekan Kondom Nasional 2012 patut diapresiasi. Di tengah hujan kritikan di masyarakat, mereka berani membuat sebuah acara besar dengan menanggung berbagai konsekuensinya. Mereka bekerja keras untuk mengupayakan sebuah solusi yang mampu mencegah penularan virus HIV/AIDS.

Apalagi tujuan dari diselenggarakannya PKN 2012 bukanlah untuk mempermudah freesex dengan kondom melainkan meningkatkan kepedulian terhadap HIV/AIDS dan memberikan pendidikan tentang pencegahan dan berhubungan seks yang aman.

Tujuan baik tersebut direalisasikan dalam berbagai kegiatan. Masyarakat bisa menikmati hiburan bertajuk Konser Goyang Sutra di Langan Kopasus, Cijantung. Ada pula pemberian Edukasi tentang HIV/AIDS yang diselenggarakan di 12 kota seluruh Indonesia. Ada pula aksi penyediaan kondom dan lubrikan di Klinik Bali yang melayani kaum gay dan waria sebagai bentuk antisipasi penularan virus di kelompok kunci. Yang tak kalah menarik adalah kompetisi penulisan dan foto bagi jurnalistik dan blogger yang diharapkan bisa merengkuh banyak partisipan yang nantinya ikut mensosialisasikan perihak HIV/AIDS. 

Saya pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan Pekan Kondom Nasional 2012 yaitu kompetisi penulisan untuk blogger. Meski dengan sebuah upaya yang tidak begitu besar, saya berharap bisa menyebarkan inormasi tentang HIV/AIDS pada masyarakat di dunia maya. 

Keberhasilan DKT (chicmagz.com)
Dalam kesempatan yang luar biasa ini DKT Indonesia merayakan keberhasilan dalam rangka pemasaran sosial sebanyak 1 milyar kondom di Indonesia sejak tahun 1996. DKT adalah sebuah lembaga swasta Internasional yang berdiri sejak 1989. Lembaga ini terjun di bidang sosial yang bertujuan untuk mempromosikan program Keluarga Berencana serta penanggulangan penyakit HIV/AIDS. Lembaga yang didirikan oleh Phil Harvey ini berdomisili di Washington, AMerika Serikat.
Saya berharap, Pekan Kondom Nasional 2012 bisa membuka jalan baru untuk mencegah penularan wabah HIV/AIDS di Indonesia.  Bagi masyarakat yang kurang setuju dengan cara ini, alangkah baiknya kalau tidak sekedar berkomentar atau mengkritik. Tapi, tunjukkan aksi nyata untuk mencegah penularan. Apapun caranya yang terpenting adalah usaha dan kerja keras mewujudkannya. Dan Pekan Kondom Nasional adalah bukti dari usaha dan kerja keras tersebut. 


Daftar rujukan tulisan biar ga plagiasi ^_^

  1. Data  HIV/AIDS di kota Malang diambil dari http://www.antaranews.com/berita/297396/penderita-hivaids-di-malang-meningkat-drastis
  2. Data  HIV/AIDS di  Sulawesi Selatan diambil dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/07/21294048/Tahun.Ini.Penderita.HIVAIDS.di.Sulsel.3.6.Juta.Orang
  3. Data  HIV/AIDS di Jawa Barat diambil dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/08/09374383/Kasus.HIV/AIDS.di.Pantura.Tertinggi.di.Jawa.Barat
  4. Data  HIV/AIDS di Jawa Timur diambil dari http://health.kompas.com/read/2011/11/26/07522958/Kasus.AIDS.Tertinggi.di.Jawa.Timur
  5. Data penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/07/04/04365357/Penularan.Ibu.Hamil.ke.Bayi.Naik.150.Persen
  6. Data penularan HIV/AIDS dari lewat hubungan seks diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/07/20/13494916/Penularan.HIV.Lewat.Hubungan.Seks.Meningkat
  7. Data pembeli seks, penggunaan kondom oleh kelompok kunci,  diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/12/01/08090382/Tingkatkan.Perilaku.Seks.Aman
  8. Kondom lateks diambil dari http://health.kompas.com/read/2011/11/02/1406430/HIV.Tak.Tembus.Pori-pori.Kondom.
  9. Prosedur pemakaian kondom diambil dari http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/pencegahan
  10. Informasi tentang Pekan kondom nasional diambil dari icmagz.com/read/1742/pekan-kondom-nasional-2012 

¡Compártelo!

0 comments:

Posting Komentar

Buscar

 
BENITORAMIO Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger