Atmosfir musim Pemilu Raya Ormawa (Organisasi Mahasiswa) mulai terasa di Universitas Negeri Malang. Bermunculan kandidat-kandidat ketua yang akan menggeser posisi penguasa yang lama.
Fakultas Sastra misalnya, menjadi pembuka Pemilu Raya dengan mengadakan
pencontrengan secara serentak pada Kamis, 24 November 2011. Acara besar yang
hanya berlangsung sehari itu menelorkan ketua BEM Fakultas Sastra yang baru
bernama Gebby Maulansyah. Mahasiswa dari Jurusan Sastra Indonesia ini
berkomitmen untuk membawa organisasi tersebut ke arah yang lebih baik.
Bukan hal yang baru jika ormawa sering kehilangan arah
dalam perjalanannya. Sebagai sebuah organisasi intrakampus, sebuah ormawa seharusnya
sejalan dengan visi dan misi kampus.
Kenyataannya, ormawa malah terjebak dengan sebuah kebanggaan akan suatu citra
semu. Citra bahwa sebuah ormawa yang sukses adalah ormawa yang sanggup
mengadakan acara yang besar dan megah. Inilah yang membuat penghuni ormawa
berlomba-lomba menjadi event organizer atas
sebuah program yang sebenarnya di luar ranah ilmu mereka.
Selain terjebak sebagai event organizer, pengurus ormawa sering menjadi kerbau yang dicocok
hidungnya. Mantan pengurus memberikan mandat pada pengurus baru untuk meneruskan program-program yang dianggap
bagus. Dasarnya pengurus baru masih belum paham, mereka mau saja menjalankan
program yang dibebankan pada mereka. Tekanan senior pada junior ini membunuh
kreativitas pengurus baru. Bukan membuat program-program yang lebih kreatif,
mereka malah menjalankan program lama yang tak bedanya seperti organisasi copy paste.
Ormawa yang
notabene sedang kehilangan jalan membutuhkan figur pemimpin yang mampu menjadi
pemandu. Seorang pemimpin harus bersikap revolusioner, cerdas, dan bijak.
Revolusioner berarti terbuka pada ide-ide baru baik yang muncul dari intern
pengurus maupun masukan dari akstern pengurus. Pemimpin juga harus cerdas agar
mampu membidik program-program yang relevan dengan ranah organisasi tersebut.
Sikap revolusioner dan cerdas ini harus diimbangi dengan sikap bijak agar tidak
terjadi perpecahan antarpengurus. Setiap hal baru pasti akan menimbulkan pro
dan kontra. Pemimpin yang baik harus manenangkan anggotanya dengan menyodorkan
pertimbangan-pertimbangan yang logis.
Esensi
dari sebuah pemilu adalah memilih seorang pemimpin yang mampu membawa angin
segar untuk kehidupan ormawa. Artinya, ketua baru harus menciptakan atmosfer
yang bisa menumbuhkan kreatifitas anggotanya. Seorang ketua tidak boleh
idealis. Dia harus terbuka dengan ide-ide baru dan revolusioner yang muncul
dari anggotanya. Lalu, memberikan dukungan dan masukan sehingga ide tersebut
tidak mati karena tekanan dari berbagai pihak. Namun, dukungan seperti ini
tentu tidak boleh melupakan proses
pembinaan dan evaluasi sehingga implikasi dari ide tersebut tetap terkendali
dan sistematis.
Ormawa
dalam lingkup Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang telah mendapatkan
pemimpin-pemimpinnya. Baik organisasi dalam lingkup fakultas maupun jurusan.
Mereka telah mendapatkan mandat untuk membawa organisasi ke arah yang lebih baik.
Yang terpenting nantinya adalah mereka bisa melaksanakan tanggung jawab untuk
meluruskan jalan ormawa. Semoga.
Surya, Citizen Reporter, Selasa 6 desember 2011 |
0 comments:
Posting Komentar