Beberapa hari yang lalu, perhatian saya tertuju pada sekumpulan siswi SMP yang datang ke sekolah dengan memakai kebaya dan sanggul. Dengan langkah terseok-seok karena tidak terbiasa dengan sandal selop, mereka terlihat antusias mengenakan baju khas jawa tersebut. Ketika saya tanya ada acara apa, mereka menjawab,"Sekolah sedang ngadain kartinian".
Begitulah suasana sekolah pada 21 april silam. Ketika peringatan Hari Kartini pada 21 April silam begitu marak diselenggarakan.
Kartini (ikhsanin.com)
Tak hanya sekolah, berbagai instansi pun mengadakan acara dan lomba kartinian. Lagu Ibu Kita Kartini juga dibunyikan di mana-mana. Semua hal dilakukan demi mengenang kehadiran sosok wanita yang begitu terkenal dengan emansipasinya itu. Saya sejenak teringat dengan lirik lagu tersebut. Mengingatkan saya pada jaman kecil dulu ketika sekolah SD saya juga mengadakan Kartinian
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Antusiasme masyarakat dalam mengenang Kartini menunjukkan betapa mereka menghargai sosol wanita yang menginspirasi tersebut. Namanya bahkan sebut-sebut sebagai putri sejati yang dikenang oleh rakyat Indonesia.
Lantas,
untuk apakah peringatan hari Kartini? Apakah hanya sekedar untuk mengenang
jejaknya? Tentu saja tidak.
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Peringatan itu bertujuan untuk membangkitkan
semangat wanita Indonesia agar meneladani perjuangan Kartini, yaitu memiliki cita-cita besar bagi Indonesia. Wanita yang bercita-cita yang besar bagi Indonesia berarti wanita yang memiliki hasrat untuk memperbaiki bangsa Indonesia dengan merealisasikannya dengan berkontribusi dalam memajukan bangsa dan negara.
Peringatan hari Kartini sudah selayaknya menjadi titik tolak bagi wanita Indonesia untuk berkontribusi dalam memajukan bangsa dan negara seperti yang pernah Kartini lakukan dulu. Apalagi, tidak
dapat dipungkiri bahwa wanita berkontribusi sangat besar upaya memajukan tersebut. Kontribusi tersebut dapat dilihat dari peran wanita sebagai warga negara dan ibu bagi anak-anak.
Sebagai bagian dari warga negara, wanita turut serta dalam memajukan berbagai sektor kehidupan sesuai ranah keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya. Di sisi lain, kodrat sebagai ibu telah menuntunnya untuk mendidik dan mengasuh anak-anak sebagai upaya membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter. Dengan berperan sebagai warga negara dan ibu, wanita menjadi tonggak dalam memajukan bangsa sesuai peran yang mereka emban.
Sebagai bagian dari warga negara, wanita turut serta dalam memajukan berbagai sektor kehidupan sesuai ranah keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya. Di sisi lain, kodrat sebagai ibu telah menuntunnya untuk mendidik dan mengasuh anak-anak sebagai upaya membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter. Dengan berperan sebagai warga negara dan ibu, wanita menjadi tonggak dalam memajukan bangsa sesuai peran yang mereka emban.
Meskipun kontribusi wanita sudah berupaya banyak untuk berkontribusi, namun apa yang mereka lakukan terpaksa tidak maksimal. Mereka terganjal dengan pandangan masyarakat yang menyepelekan kemampuan mereka, hanya karena mereka terlahir sebagai wanita.
Penyepelean kemampuan itu tampak dari dua hal. Pertama,
kompetensi wanita masih dianggap di
bawah kompetensi kaum pria. Di bidang politik misalnya. Masih ada persepsi
kalau bidang tersebut adalah ranah bagi kaum adam. Akibatnya, wanita menjadi
minoritas di sana. Di percaturan politik legislatif DPRRI misalnya,
keterwakilan perempuan masih jauh di bawah kuota yang ditentukan. Tercatat
hanya 108 wanita yang menjadi anggota legislatif pada tahun 2011 atau
hanya setara dengan 18% dari total 560
orang anggota DPR RI. Padahal, kuota
keterwakilan yang ditentukan sebesar 30% (pikiran-rakyat.com/10/11/2011).
Persepsi
tersebut sangat tidak beralasan, Wanita bukan sosok yang lemah untuk terjun
dalam ranah politik. Malahan beberapa wanita tercatat mampu berkontribusi besar
dalam dunia tersebut. Misalnya saja Margaret Thatcher, mantan perdana menteri
Inggris, yang berhasil membawa negara tersebut dalam puncak kejayaan dan
kemakmuran.
Kedua,
peran wanita sebagai ibu juga masih dikesampingkan. Sebagai pihak yang
bertanggung jawab pada pendidikan dan pengasuhan anak, banyak orang tua yang melarang
anak perempuannya untuk berpendidikan tinggi. Akibatnya, jumlah wanita yang
terjangkit buta huruf semakin banyak.
Berdasarkan data yang dilansir oleh Kemendiknas, angka buta aksara
perDesember 2009 pada kaum wanita sebesar 6,5 juta atau dua kali lipat dari
jumlah buta aksara laki-laki (republika.co.id, 26/2/2010). Padahal, pendidikan
wanita menjadi modal utama untuk mendidik anak-anak dan menjadikan mereka
sebagai generasi muda yang cerdas dan berkarakter.
Sungguh, penyepelean terhadap kemampuan wanita benar-benar berpengaruh pada keoptimalan kontribusi mereka dalam memajukan bangsa dan negara. Kartini pun menyadari hal itu ketika dia terpaksa menjalani pingitan. Ketika dia terpaksa meninggalkan bangku pendidikan. Dia pun menuliskan bagaimana ketimpangan kesetaraan gender yang terjadi di masyarakatnya itu pada sahabatnya di Belanda. Nah, apa yang terjadi pada Kartini pun masih sering terjadi sekarang.
Padahal, wanita tidak berhak disepelekan. Mereka pun memiliki kemampuan layaknya kaum pria. Seharusnya, wanita harus dihargai dan ditingkatkan lagi kemampuannya agar kontribusi mereka bisa optimal. Perlu disadari bahwa kontribusi wanita sesungguhnya adalah salah satu aset terbaik untuk mencapai
kemajuan bangsa. Bahkan Bung Karno pun menegaskan hal yang sama. Mengutip
kata-kata beliau: Tiada masyarakat
manusia satupun dapat berkemajuan, kalau laki-perempuan yang satu tidak membawa
yang lain, karenanya janganlah masyarakat laki-laki mengira, bahwa ia dapat
maju subur, kalau tidak dibarengi oleh kemajuan masyarakat perempuan pula. Lantas, bagaimana caranya?
Ada beberapa cara untuk mengoptimalkan kontribusi wanita Indonesia dalam memajukan bangsa dan negara. caranya adalah dengan women care. Women Care adalah bentuk kepedulian pada kaum wanita agar mereka mendapatkan hak-haknya untuk menjadi wanita yang cerdas dan berkualitas.
Women Care ini
ada beberapa upaya. Pertama, mengubah
pola pikir bahwa kedudukan wanita berada di bawah kaum pria. Prinsip kesetaraan
harus diterapkan agar wanita bisa bebas berperan, berkontribusi, dan
bereksplorasi dalam memajukan berbagai sektor kehidupan. Kedua,
memberikan akses pendidikan seluas-luasnya untuk wanita. Ingat, wanita yang
cerdas akan mendukung kontribusi dan kinerja lelaki, menciptakan kontribusinya
sendiri, dan mendidik anak-anak dengan baik. Ketiga, mempermudah akses bagi wanita untuk terjun ke dalam
berbagai sector kehidupan sesuai ranah keilmuan dan kompetensi yang mereka
miliki. Keempat, menjamin hak-hak
kaum wanita lewat payung hukum dan perundang-undangan yang kuat.
KIRA-KIRA, APA YANG BISA WANITA INDONESIA LAKUKAN UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM MEMAJUKAN BANGSA DAN NEGARA?
Sebenarnya, ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk berkontribusi. Bentuk kontribusi tersebut dapat dipilah berdasarkan identitas dan status kita.
KIRA-KIRA, APA YANG BISA WANITA INDONESIA LAKUKAN UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM MEMAJUKAN BANGSA DAN NEGARA?
Sebenarnya, ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk berkontribusi. Bentuk kontribusi tersebut dapat dipilah berdasarkan identitas dan status kita.
- Identitas sebagai wanita pada umumnya. Ketika kita berada pada identitas ini, kita (seluruh manusia yang berkelamin perempuan) memiliki tanggung jawab yang sama. Tanggung jwab ini bersifat kodrati yaitu menjalankan peran sebagai ibu dengan penuh tanggung jawab. Ketika menjadi ibu, kita harus bisa mendidik, menyayangi, dan melindungi anak-anak dari mara bahaya. Selain bertanggung jawab pada anak, kita juga bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
- Identitas sebagai wanita beragama (yang saya contohkan ini ketika kita seorang muslimah). Sebagai seorang muslimah, kita dapat berkontribusi dengan berusaha menjaga harga diri dan menegakkan dakwah agama. Kita harus menjadi istri yang sholehah bagi suami dan menjadi wanita yang terjaga dari godaan. Sebagai muslimah juga, kita bisa berkontribusi dengan berpartisipasi sebagai muslimah yang aktif dalam kegiatan sosial. Dengan aktif pada kegiatan semacam itu, kita turut berperan dalam memajukan bangsa dan negara.
Sebagai seorang muslimah, saya pun tertantang untuk berkontribusi dalam memajukan bangsa dan negara. Meski saya bukanlah pejabat atau orang yang berkuasa, saya pun bisa berkontribusi dengan cara-cara yang lain meskipun tidak seberapa. Saya bisa menulis. Oleh karena itu, saya berusaha menuangkan gagasan dan ide tentang sesuatu lewat tulisan tersebut. Contohnya adalah saya menuliskan ide saya di dunia maya (blog) semacam ini dan menyebarkannya. Lewat tulisan, saya bisa berbagi ide yang semoga bisa mengetuk hati pembaca, khususnya wanita Indonesia untuk meniru perjuangan Kartini. Semoga, banyak wanita yang akhirnya tergerak hatinya untuk berkontribusi dalam memajukan bangsa dan negara dengan cara mereka masing-masing.
Wanita adalah aset terbaik bangsa Indonesia. Mereka harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memajukan bangsa dan negara. wanita adalah pioner masa depan bangsa. Hidup wanita Indonesia!!
0 comments:
Posting Komentar