Tak terasa sudah semester 7. Rasanya baru kemarin mengenakan seragam putih abu-abu dan dijahili kakak tingkat pas ospek. Rasanya juga baru kemarin masuk ke area kampus sambil mendongakkan kepala karena saking bangganya sudah jadi anak kuliahan. Sekarang? tinggal menghitung bulan untuk deadline wisuda. Apalagi pak dosen sudah mengultimatum para mahasiswa untuk segera angkat kaki dari kampus. Kampus sudah bosan menerima maba alias Mahasiswa Basi yang berseliweran tak tentu kapan lulusnya. Ampun pak, saya akan berusaha lulus tahun depan ^_^.
Kalau sudah menjadi mahasiswa golongan akhir seperti ini, sudah saatnya kita, para mahasiswa, memikirkan target masa depan. Pokoknya Mau dibawa kemana hidup kita usai lulus kuliah? Kalau aku sendiri sih, ada beberapa target hidup usai lulus. Pertama, nikah dengan orang tercinta. Kedua, punya anak banyak *ditimpuk petugas KB. Ketiga, punya rumah sendiri *biar ga numpang terus di istana mertua.
Target masa depan ^_^ (dok.pribadi)
Kalau soal nikah sih gampang. Tinggal dandang terus duduk, ijab-qabul, sah, nikah selesai. Cuman 5 menit. Yang semula ga boleh jadi boleh. Yang semula dilarang jadi disarankan. Enaaak ^_^
Konsekuensi dari nikah adalah punya anak. Kalau aku sih pinginnya punya anak 4 orang. Kan bikin rame kalau di rumah. Sebagai orang tua yang baik, aku tentu berharap bisa memberikan yang terbaik pada anakku kelak. Terutama soal pendidikan. Pendidikan adalah bekal hidup paling utama yang mampu mendatangkan kebaikan, kekayaan, dan kebermanfaatan bagi sesama. Jadi, aku harus bisa memberi mereka pendidikan, sekolah, dan fasilitas belajar yang terbaik demi bekal masa depan.
Cara termudah untuk memberikan pendidikan yang terbaik adalah menyekolahkan anak di sekolah-sekolah yang berkualitas mulai SD-SMA. Tak cukup sampai disitu, mengusung moto long life education, pendidikan tidak bisa berhenti di bangku sekolah namun juga harus diteruskan hingga jenjang kuliah.
Target pendidikan untuk anak (dok.pribadi)
Sekarang, menyekolahkan anak memang semakin mudah. Sesuai dengan Program Wajib Belajar 9 tahun, pemerintah berusaha mensukseskan program tersebut dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk mengecap bangku sekolah. Pemerintah menyediakan pendidikan gratis bagi 44,7 juta siswa untuk SD dan SMP negeri serta bantuan siswa miskin di sekolah swasta. Selain itu pemerintah juga menyediakan bantuan beasiswa miskin bagi siswa/mahasiswa dan bantuan operasional pendidikan bagi 1,7 siswa SMA/SMK (anggaran.depkeu.go.id, 14/12/2011).
Meskipun pemerintah menyediakan bantuan dan anggaran yang besar untuk membantu pendidikan anak, kita tidak bisa seterusnya menggantungkan diri pada bantuan tersebut. Bantuan pemerintah hanya bersifat dasar, artinya hanya memenuhi kebutuhan pokok pendidikan yaitu biaya SPP sekolah . Padahal masih banyak kebutuhan yang harus dicukupi agar pendidikan anak bisa maksimal. Misalnya biaya buku, biaya les, biaya ekskul, dan lain-lain.
Ragam kebutuhan seputar pendidikan anak (dok.pribadi)
Belum lagi kalau anak meneruskan pendidikan hingga kuliah dan masuk jurusan kedokteran. Biaya yang dihabiskan akan sangat banyak karena kedoteran memang membutuhkan buku dan fasilitas belajar yang lebih mahal dibandingkan jurusan yang lain. Kalau sudah begini, biaya pendidikan akan kembali menjadi tanggung jawab orang tua. Kita sendirilah yang harus bersiap membiayai anak-anak kita.
Solusi atas masalah pembiayaan pendidikan adalah mengatur keuangan mulai sekarang (dihitung sejak mulai menikah tentunya). Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Membuat rancangan biaya pendidikan buah hati dengan mempertimbangkan jenjang pendidikan yang akan dilalui.
Perencanaan semacam ini sangat penting dilakukan untuk memperkirakan total biaya pendidikan yang akan dikeluarkan selama anak bersekolah. Perencanaan harus dilengkapi dengan perkiraan SPP, sumbangan, buku, seragam, transportasi, dan lain-lain. Supaya lebih mudah, perhatikan ilustrasi di bawah ini:
Tabel rencana anggaran dana pendidikan anak (dok.pribadi)
Tentu saja kebutuhan sekolah anak ketika SD tidak cukup hanya demikian. Masih banyak kebutuhan lain yang patut diperhitungkan dan dianggarkan dana secukupnya sebagai anggaran sampingan.
2. Mulai menganggarkan dana pendidikan bagi buah hati sedini mungkin dengan menyisihkan beberapa persen dari total pendapatan/gaji yang dimiliki.
Prinsipnya adalah semakin dini dana pendidikan disisihkan, maka semakin banyak pula dana yang bisa diperoleh nantinya. Perhatikan ilustrasi di bawah ini:
Prediksi anggaran dana pendidikan (dok.pribadi)
Berdasarkan tabel di atas, diilustrasikan waktu menabung dimulai pada tahun yang berbeda. Itupun hanya selisih 1 tahun. Ternyata, total dana atau anggaran yang bisa disisihkan jauh berbeda kuantitasnya. Jadi, terbukti bahwa menabung lebih awal akan menghasilkan anggaran yang lebih besar. Jadi, segeralah menabung dan jangan menunda-nunda.
3. Mencatat seluruh proses keluar-masuk dana pendidikan untuk mengetahui jumlah pengeluaran, pemasukan, dan saldo. Pencatatan juga sangat penting untuk mengetahui kemana dana tersebut digunakan sehingga mengurangi kemungkinan penyalahgunaan anggaran. Misalnya,untuk bayar hutang.
4. Mengevaluasi catatan anggaran dana pendidikan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses yang sudah berlangsung. Misalnya saja, ditemukan sejumlah uang dianggarkan untuk kepentingan ekskul anak sehingga anggaran membeli buku menjadi korban. padahal membeli buku lebih penting dari pada ekskul. Lewat evaluasi, kesalahan penggunaan anggaran bisa diketahui dan diantisipasi sehingga ke depan tidak ada lagi anggaran yang harus terpotong karena kebutuhan yang kurang penting.
Keempat langkah di atas sangat mudah dilakukan. Namun, diperlukan kecermatan, ketelitian, dan kesabaran untuk mengurusi dana pendidikan anak yang sebegitu rumitnya. Banyak kekurangan yang diperoleh jika mengurusi sendirian. Pertama, terbukanya peluang penyalahgunaan anggaran pendidikan anak untuk keperluan rumah tangga. Yah biasalah kalau lagi kepepet mau bayar hutang. Jadi asal comot uang sana-sini. Kedua, muncul kesalahan prediksi dana pendidikan sehingga uang yang disisihkan ternyata tidak sebanding dengan dana pendidikan yang dibutuhkan. Misalnya, kita terlanjur menyisihkan hanya Rp 100.000 per bulan. Ternyata uang tersebut tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak bahkan hingga lulus SMP sekalipun. Hal ini tentu sangat berbahaya karena uang yang dimiliki sudah habis untuk kebutuhan yang lain.
Lantas, bagaimana agar proses pengaturan anggaran dana pendidikan buah hati bisa dillakukan dengan praktis, efektif, dan efisien? caranya adalah memanfaatkan program investasi pendidikan. Kita menyetor sejumlah uang secara berkala pada sebuah instansi (yang menyediakan program investasi pendidikan tentunya) dengan tujuan mendapatkan jaminan pendidikan untuk buah hati di masa yang akan datang.
Salah satu layanan investasi yang patut dilirik adalah EduSave.
Keunggulan dari EduSave antara lain:
Salah satu layanan investasi yang patut dilirik adalah EduSave.
Apa itu EduSave?
Edusave adalah salah satu layanan investasi yang tergabung dalam produk perbankan bank BCA, bancassurance. EduSave merupakan produk asuransi milik PT AIA Financial yang direkomendasikan oleh bank BCA. EduSave merupakan layanan perbankan yang bertujuan untuk membantu para orang tua dalam menginvestasikan dana pendidikan bagi buah hati.Keunggulan dari EduSave antara lain:
- Premi minimum yang terjangkau, yaitu mulai dari Rp 300.000.
- Apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan seperti orang tua meninggal/mengalami cacat total, dana pendidikan anak tetap dapat terkumpul karena pembayaran premi dilanjutkan oleh perusahaan asuransi.
- Kesempatan mengembangkan dana pendidikan anak karena premi yang dibayarkan akan diinvestasikan.
- Kemudahan transaksi karena layanan Edusave bisa didapatkan di seluruh cabang bank BCA.
- Dana investasi dikelola oleh manajer investasi yang handal sehingga tidak perlu takut terjadi masalah.
6 paket EduSave (www.bca.co.id)
Selain tersedia dalam beberapa paket, perincian biaya lain pun dijelaskan dengan gamblang sehingga kita bisa tahu berapa biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan layanan EduSave.
Tipe Biaya | Keterangan |
Biaya Akuisisi | Tahun ke-1 : 100% premi dasar tahunan Tahun ke-2 : 60% premi dasar tahunan Tahun ke-3 : 30% premi dasar tahunan Tahun ke-4 dst : 0% premi dasar tahunan |
Biaya Top Up | 3% dari Premi Top-Up |
Biaya Pengelolaan Investasi | Maksimal 2,5% per tahun dari portfolio investasi |
Biaya Asuransi | Tergantung usia dan uang pertanggungan |
Biaya Administrasi | Tahun ke-1 : gratis Tahun ke-2 s.d. ke-10 : Rp 27.500/bulan Tahun ke-11 dst. : Rp 15.000/bulan |
Biaya Pengalihan | Dikenakan jika ada transaksi pengalihan |
Biaya Pembatalan Free Look | Dikenakan jika melakukan pembatalan polis dalam masa Free Look |
Biaya Penarikan Dana | Tidak ada |
* Update per 26 Januari 2012
Biaya lain layanan EduSave (www.bca.co.id)
EduSave adalah solusi perbankan yang cerdas untuk mewujudkan pendidikan anak sebagai rencana masa depan yang berkualitas sekaligus mendukung kebebasan finansial di masa yang akan datang. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan buka web bank BCA di sini
Tinggal setahun lagi terhitung sebagai waktuku untuk lulus dan segera menapaki hidup baru bersama pasanganku dan memiliki anak. Dan dipikir-pikir ternyata mengurus anggaran pendidikan untuk buah hati memang bukanlah perkara mudah. Tapi, itu bukanlah halangan untuk segera berinvestasi demi pendidikan buah hati di masa yang akan datang. Toh, sekarang kita sudah dimudahkan dengan berbagai layanan investasi pendidikan.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba layanan EduSave?
1 comments:
daripada 3 tahun bayar biaya akuisisi sebesar 190% premi dasar dan biaya top up 3%, saya rasa lebih baik di investasikan ke reksadana, tidak ada biaya akuisisi (hemat 190%) dan biaya subscription hanya 1% (hemat 2%)
Posting Komentar