Bukan hal yang baru jika banyak penduduk Indonesia berlomba-lomba untuk mendulang emas di negeri tetangga. Iming-iming gaji yang bernilai cukup besar sangat menyilaukan mata para pencari kerja. Lihat saja motivasi terbesar dari para TKI yang rela mengadu nasib keluar negeri. Mereka rela bekerja pada negara yang belum tentu memberinya jaminan perlindungan. Jika menjadi pembantu rumah tangga di sini, gaji yang diperoleh hanya sekitar 400-700 ribu rupiah dan tentu tidak sebanding jika bekerja di Arab Saudi yang mampu memberinya gaji hingga jutaan rupiah.
Indonesia mendapatkan sepah
Jika motivasi para TKI lebih cenderung pada nominal gaji, lain lagi dengan kaum terdidik. Banyak hal yang melatarbelakangi migrasi mereka ke luar negeri. Salah satunya adalah
kurangnya penghargaan Indonesia terhadap hasil karya anak bangsanya sendiri.
Sekilas mengingat kembali peristiwa yang dialami oleh B.J Habibie. Ide kreatif untuk memajukan iptek dalam bidang penerbangan malah mendapat sambutan yang kurang positif. Dangkalnya pemikiran pada ramalan teknologi masa depan membuat ide ini dinilai terlalu imajinatif sehingga digagalkan oleh oknum dari negeri ini sendiri. Padahal, jika ide tersebut benar-benar diterapkan secara serius, mungkin Indonesia sekarang bisa menjadi raja maskapai penerbangan Internasional.
Sikap yang tidak menghargai ini sesungguhnya berdampak buruk bagi perkembangan negeri kita sendiri. Hampir sebagian besar orang-orang yang memiliki tingkat kreativitas dan intelektual tinggi memilih migrasi kerja ke luar negeri. Apresiasi yang positif terhadap kemampuanlah yang memicu mereka untuk cenderung memilih bekerja di sana. Mulai dari gaji yang tinggi, asuransi, perlindungan hukum, kucuran dana untuk penelitian, serta penghargaan atas kerja keras mereka.
Jika semua orang cerdas dan kreatif meninggalkan negerinya sendiri, yang tersisa di sini hanyalah sepah. Tinggal orang-orang yang tidak mampu menciptakan perubahan yang revolusioner terhadap kondisi negeri ini. Saat negara lain sudah jauh berkembang dengan segala kemajuannya, Indonesia tetap berada dalam kondisi mati suri.
PR bagi Indonesia
Berkaca dari migrasi kerja kaum terdidik, ada PR yang harus dilakukan oleh rakyat Indonesia.PR tersebut adalah menghargai hasil karya anak bangsa sendiri. PR ini harus dikerjakan baik oleh pemerintah maupun kalangan masyarakat. Tujuannya agar karya-karya tersebut tidak hilang karena pengabaian dari bangsa Indonesia sendiri.
Sikap yang patut diambil oleh pemerintah terkait dengan penghargaan antara lain pemberian gaji yang sesuai dengan kompetensi dan hasil karya, kemudahan dalam pemberian hak paten, perlindungan terhadap hak cipta karya, pemberian fasilitas penelitian, dan publikasi. Publikasi ini sangat penting untuk menciptakan iklim edukasi karena mampu memotivasi sang pencipta dan orang lain untuk berkarya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sebuah pepatah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Namun, pahlawan yang sekarang bukan lagi memanggul senjata untuk menumpas para penjajah. Pahlawan adalah orang cerdas dan kreatif yang mau menggunakan ilmunya untuk mengisi kemerdekaan. Dan bangsa yang besar akan menghagai pahlawannya dengan memberikan dukungan baik secara moriil maupun materiil.
INDONESIA MENDAPATKAN SEPAH DARI RAKYATNYA SENDIRI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar